Subscribe to Wordpress Themes Demo
Bimbingan dan Konseling

PERAN dan FUNGSI BIMBINGAN dan KONSELING
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Bimbingan dan Konseling, pada intinya merupakan bagian daari komponen yang ada dalam sistem pendidikan di sekolah yang sangat mempunyai peranan penting dalam menentukan dan membantu siswa meraih cita-citanya secara optimal sesuai dengan apa yang telah mereka miliki, baik potensi-potensi yang telah ada maupun prestasi yang telah dicapainya atau justru sebaliknya terdapat masalah dalam diri individu sehingga menyebabkan terjadinya penghambatan dalam meraih prestasi secara optimal. Lantas bagaimana dengan Fungsi dan pendekatan bimbingan dan konseling itu sendiri? Hal inilah yang kemudian kami anggap menarik untuk dipelajari dan dikaji sebagai bagian dari pembelajaran dalam makalah mata kuliah bimbingan dan konseling ini.
Sesuai dengan judul baghasan, makalah ini sangat menarik untuk pembaca yang ingin mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan pendekatan bimbigan dan konseling itu?
Sebagai calon guru, kita pun perlu mengetahui dan mempelajari serta menguasai dan memahami fungsi dan pendekatan dalam proses bimbingan dan konseling di sekolah terhadap siswa-siswi kita nanti, agar mereka dapat terpasilitasi dalam mencapai prestasinya secara optimal dan maksimal yang sesuai dengan apa yang telah mereka miliki mengenai potensi-potensi pribadinya masing-masing.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam pembatasan penyusunan makalah ini kami lebih memfokuskan pembahasan mengenai hubungan sosial, dengan merumuskannya ke dalam beberapa point permasalahan diantaranya:
a) Apa Fungsi dari Bimbingan dan Konseling?
b) Bagaimana Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling?

1.3 TUJUAN PENULISAN
a) Mengetahui Fungsi Bimbingan dan Konseling
b) Memahami metode pendekatan dalam Bombingan dan Konseling
c) Untuk melengkapi nilai mata kuliah Bimbingan dan Konseling
1.3 METODE PENULISAN MAKALAH
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan memberikan gambaran secara umum mengenai fungsi dan pendekatan dalam bimbingan dan konseling sesuai dengan apa yang telah kami dapatkan dari hasil telaah pustaka dengan membandingkan dan saling melengkapi berbagai sumber. Penyusun juga mengumpulkan berbagai literatur dari studi pustaka dan internet.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penyusunan makalah ini adalah:









KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.4. Metode Penulisan Makalah
1.5. Sistematika Penulisan Makalah
BAB 2 FUNGSI dan PENDEKATAN BIMBINGAN dan KONSELING
2.1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
2.2. Pendekatan Bimbingan dan Konseling
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN HASIL DISKUSI










BAB II
FUNGSI dan PENDEKATAN BIMBINGAN dan KONSELING
2.1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Sebuah alat atau ilmu sangat tidak nungkin jika tidak mempunyai sebuah fungsi, seperti halnya Bimbingan dan Konseling. menurut Syaodih bahwa;
“Secara umum program layanan bimbingan dan konseling mempunyai empat fungsi utama, yaitu: (1) Pemahaman individu, (2) Pencegahan dan pengembangan, (3) Penyesuaian diri, (4) Pemecahan masalah”. Syaodih (2007: 21-22).
Darin kutipan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut;
1) Pemahaman Individu
Seseorang sebelum melakukan pekerjaan atau kegiatan diharuskan memahaminya terlebih dahulu, seperti halnya soerang mahasiswa yang ingin mengajar di SMP atau SMA ketika kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), maka sebelum ia memberikan materi tersebut terhadap siswanya diharapkan seorang mahasiswa tersebut memahami dulu urgensi dan substansi dari apa yang akan ia sampaikan terhadap muridnya. Sebagaimana juga disebutkan oleh Syaodih dalam perumpamaannya seperti tukang cangkul dan tuka gergaji kayu dari mereka itu harus memahami “Jenis dan kondisi tanah dan kayu yang akan dikerjakan perlu dikenal terlebih dahulu sebelum mulai mengerjakannya”. Syaodih (2007: 22). Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dalam Bimbingan dan Konseling itu sendiri? Demikian halnya juga dengan konselor atau guru Bimbingan dan Konseling, atau guru bidang studi, sebelum memberikan bimbingan maka harus memahami terlebih dahulu peserta didiknya.
Namun menurut salah satu prinsip psikologi ‘tidak ada dua individu yang sama’ ini berarti setiap individu atau antara individu-individu itu banyak perbedaannya baik dari jasmaniah maupun mental-psikologis yang setiap individu mempunyai kekuatan untuk berkembang, mengembangkan semua potensi dan kecakapan yang telah dimilikinya yang kemudian dengan bimbingan dan konseling peserta didik dapat terbantu dalam menentikan keputusan yang realistis sesuai dengan potensi yang ia miliki dan mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut.
2) Penyesuaian Diri
Remaja adalah masa dimana sedang pencarian jati diri pada manusia seperti yang telah kita dapatkan dalam perkuliahan perkembangan peserta didik, hal tersebutlah yang bagi mereka adalah suatu hambatan dan kesulitan-kesuitan dalam menghadapi orang-orang, linkungan, sekolah, pelajaran, guru-guru, peraturan, cara-cara, sikap, perlakuan baru, dan lain-lain. ,menurut Syaodih mengemukakan bahwa “Hambatan dan kesulitan-kesulitan tersebut ada yang dapat dipecahkan sendiri dan ada juga yang dapat dipecahkan dengan bantuan orang lain”. Syaodih (2007:26). Dari kutipan tersebut dapat kami jelaskan bahwa usaha penyesuaian diri yang bersifat alami dan yang dapat dicapai dengan usaha yang ringan, tetapi penyesuaian diri yang berat baru berhasil bila ada bantuan dari pihak luar, yaitu dari teman, orang tuannya, guru-guru, atau konselor. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam hal ini program layanan dan bimbingan konseling tidak hanya diperlakukan di sekolah tetapi juga di masyarakat dan lingkungan kerja. Karena karakteristik subjek bimbingan dan jenis masalah yang dihadapi berbeda maka jenis layanan dan bantuannya juga berbeda.
3) Pemecahan Masalah
Proses perkembangan pada diri individu tidak semuanny6a atau tidak selalu berjalan lancer dan berhasil, seperti kita belajar dan mengerjakan PR (pekerjaan rumah) Matematika terkadang ada soal yang mudah kita selesaikan dan kadang pula ada yang sulit, untuk menyelesaikan soalnya pun tidak hanya berpikir saja dan dapat dikira-kira namun membutuhkan rumus yang benar dalam mengatasi kesulitan soal tersebut. Begitu juga dengan perkembangan anak, sebagaimana diungkapkan oleh Syaodih bahwa
“Banyaknya masalah yang dihadapi anak dan pemuda bukan saja dapat menghambat perkembangan mereka tetapi juga dapat menimbulkan frustrasi konflik, maladjustment dan mengganggu kebahagiaan dan produktivitas hidupnya”. Syaodih (2007:28).
Tujuan lain dari pada pemecahan masalah ini adalah agar anak-anak dan remaja memiliki kepribadian produktif, dalam arti mereka dapat mneghasilan atau memberikan sumbanganyang berguna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sesuatu yang diberikan atau dihasilkannya tidak benda tetapi juga bias bentuk jasa, layanan, perlakuan, tindakan, yang jelas bermanfaat.
Berbeda dengan pendapat menurut Syuhada, secara umum fungsi bimbingan dan konseling ialah sebagai fasilitator, sarana yang memberikan kemudahan baik terhadap terbimbing maupun sekolah/ perguruan tinggi/ lembaga/ masyarakat yang bersangkutan. Menurut Syuhada, pendapat ini dapat disimpulkan bahwa:
“…fungsi bimbingan dan konseling dalam kaitannya dalam proses pendidikan, merupakan langkah-langkah pembaharuan terhadap pendidikan tradisional yang klasikal, menyama ratakan siswa, terlalu menitik beratkan pada perkembangan intelek, mengabaikan aspek-aspek pribadi sebagai suatu keutuhan yang memiliki sifat-sifat unik, organik, dan dinamis; yang memerlukan layanan secara individual”. Syuhada (1988:9)
Disamping fungsi yang umumnya sebagaimana dikemukakan diatas, bimbingan dan konseling mempunyai fungsi khusus diantaranya sebagai berikut:
1. Penyesuaian diri (adjustive)
Hal ini dimaksudkan bimbingan dan konseling dapat berarti penyesuaian terhadap kemampuan-kemampuan, bakat, minat, serta potensi-potensi yang nyata di dalam dirinya, dan penyesuaian terhadap lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Karena tidak sedikit siswa/ mahasiswa yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap kemampuan, bakat, minat, serta kondisi dirinya yang sesuai dengan apa yang hendak dicapainya karena itu mereka memerlukan bantuan.
2. Penyaluran (distributive)
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa setiap orang itu memiliki kemampuan, bakat,minat, serta potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda. Agar seseorang dapat mencapai prestasi yang optimal, perlu mereka mengetahui saluran-saluran mana yang cocok bagi dirinya. Oleh karena tidak semua orang sanggup menemukan alternatif-alternatif pilihan yang tepat karena mereka perlu dibantu agar keputusannya sesuai dengan kemampuannya serta kesempatan-kesempatan dan atau fasilitas yang ada.
3. Penyesuaian Lembaga (adaptive)
Sekolah, perguruan tinggi, maupun lembaga-lembaga social dalam masyrakat mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan secara terus-menerus agar memenuhi fungsinya sesuai dengan tuntutan-tuntutan dalam masyarakat sehingga disini bimbingan dan konseling dapat diminta pertimbangan-pertimbangannya didasarkan atas penilitian yang mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga ‘program-program pendidikan, kurikulum, dan ekstra kurikulum yang ditawarkan terhadap siswa atau mahasiswa selalu disesuaikan terhadap kebutuhan’. McDaniel (Syuhada, 1988:10).
4. Pengembangan (developmental)
Agar setiap orang dapat mengembangkan kepribadiannya secara maksimal dan berprestasi secara optimal, memerlukan kondisi-kondisi maksimal yang memungkinkan mereka belajar secara efisien dan efektif. Kondisi itu antara lain suasana studi yang menunjang tumbuhnya kreatifitas dan inovasi, hubungan sosial yang demokratis, dan peraturan-peraturan yang ketat. Disini peran bimbingan dan konseling diperlukan agar ‘orang lebih mampu memahami dan menguasai hubungan-hubungan antara diri mereka dengan lingkungannya, serta memahami nilai-nilai pribadi dan sosialnya’. Shertzer dan Stone (Syuhada, 1988: 10).
5. Pencegahan (preventive)
Sering kita dengar kata bijak bahwa ‘mencegah lebih baik dari pada mengobati’ disini bimbingan dan konseling mengambil langkah pemberian bantuan agar yang dibantu terhindar dari berbagai masalah yang mungkin menghambat pertumbuhan serta perkembangan pribadinya. Dengan data yang akurat tentang kondisi dan situasi lingkungan, ‘bimbingan dan konseling dapat membantu ikut menciptakan lingkungan social yang sehat guna mencegah terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu’. Boy dan Pine (Syuhada, 1988: 11).
6. Penyembuhan (curative)
Dalam proses ini khusus bagi mereka yang menderita gangguan karena tidak mampu memecahkan masalah-masalah baik masalah klinis maupun non klinis, bimbingan dan konseling memberikan bantuan penyembuhan lewat konseling, psikoterapi, atau layanan rujukan yang tepat (kepada ahli yang sesuai dengan kebutuhan penderita).
Dari uraian fungsi-fungsi bimbingan dan konseling diatas, jelas kiranya bahwa bimbingan dan konseling merupakan upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Namun menurut yusuf dan Nurihsan ada satu lagi dari fungsi Bimbingan dan Konseling yaitu;
“Pemahaman , yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharaapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif”. Yusuf dan Nurihsan (2008: 16).
Begitu juga dengan Abin, menurutnya ada fungsi dan tujuan dari konseling diantaranya adalah:
“(a). Menciptakan hubungan yang baik antara guru dan pembimbingdan siswa atau klien, terutama pada tahapan permulaan (identifikasi kasus dengan teknik call them in) dari keseluruhan rangkaian proses layanan bimbingan
(b). Mendapatkan informasi yang relevan secara langsung dari siswa…mengenai latar belakang kehidupannya...erat hubungannya dengan identifikasi permasalahan dan diagnosisnya.
(c). Memberikan informasi yang meyakinkan tentang gambaran dirinya…erat hubungannya dengan diagnosis dan prognosis…yang diharapkan dapat menarik kesimpulan/interpretasinya mengenai segi-segi kelemahan dan kekuatannya.
(d). Membantu kasus atau siswa dalam mengidentifikasi dan merencanakan berbagai macam alternatif pemecahan masalah…melalui pengujian atau evaluasi…Tujuan dan fungsi ini sangat tepat pada tahapan prognosis, dimana guru atau pembimbing lebih berperan sebagai konsultan…yang selalu siap membantu bilamana diperlukan.
(e). memberikan motivasi kepada siswa atau klien..untuk kerjasama…serta mau mau melaksanakan rencana tindakan pemecahan masalah yang telah dipilih dan diputuskannya”. Abin (2004: 299-300).
Kemungkinan banyak lagi fungsi-fungsi dari bimbingan dan konseling ini, karena kita tidak tahu seberapa sangat pentingnya bimbingan dan konseling bagi diri individu maupun siswa yang lainnya.
Adapun kesulitan atau masalah menurut Syaodih secara umum terhadap anak-anak dan pemuda yang dapat dihadapinya yaitu berkenaan dengan:
(1). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya, perubahan fisik, emosi, dan fantasinya;
(2). Lingkungan social baik lingkungan keluarga, lingkungan sebaya, masyarakat sekitarnya maupun lingkungan masyarakat luas;
(3). Pengajaran karena mereka selalu dihadapkan pada bahan-bahan ajar baru, teori, konsep, dan bahan ajar, mereka juga ditintun untuk menguasai kecakapan, keterampilan, teknologi baru yang tidak selalu dengan mudah dan cepat mereka kuasai;
(4). Tuntutan-tuntutan baru di dalam pendidikan, seperti perubahan kurikulum, perubahan kebijakan sekolah, perubahan system ujian, lanjutan studi, dll;
(6). Masalah-massalah social, ekonomi dan politis yang berkembang secara langsung di masyarakat secara langsung atau tidak langsung juga menimbulkan masalah bagi anak-anak atau pemuda. Syaodih (2007: 29)
Hal inilah yang kemudian harus sangat diperhatikan dan dipahami oleh setiap pendidik, sebagai bekal untuk kedepannya dan mengetahui kedudukan fungsi dari bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan di atas berdasarkan beberapa pendapat ahli dibidang bimbingan dan konseling.

2.2. Pendekatan Bimbingan dan Konseling
a. Pendekatan Krisis
Merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Dalam pendekatan ini konselor menunggu klien yang datang selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan klien. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan aliran yang terpusat pada masa lalu atau masa lampau sebagai sesuatu hal yang menentukan bagi berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupan individu dipandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada masa kini. Tetapi menurut Abin Syamsudin pendekatan ini dinamai pendekatan direktif. Pendekatan ini menurut Abin bahwa:
“Pendekatan layanan bimbingan ini dikenal juga sebagai bimbingan yang bersifat Counselor centered. Sifat tersebut menunjukkan pihak pembimbing memegang peranan utama dalam proses interaksi layanan bimbingan. Pembimbinglah yang berusaha mencari dan menemukan permasalahan yang dialami kliennya. Kemudian pembimbing juga yang mencari alternatif terbaik bagi pemecahannya. Pihak terbimbing hanya menerima dan mengikuti atau melaksanakan apa yang dirasakan pembimbingnya”. Syamsudin (2004: 296).
b. Pendekatan Remedial
Merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini, konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi behavioristik. Aliran ini menekankan pada perilaku klien di sini dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat individu sedang berada dilingkungannya. Oleh sebab itu untuk memperbaiki perilaku dari individu perlu ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan perilaku tersebut.
c. Pendekatan Preventif
Merupakan upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Konselor berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
d. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan yang berupaya dalam tiga jalan atau cara, educative, pengembangan, dan outreach. Edukatif menitiberatkan pada kepedulian bimbingan, bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan bukan pada korektif atau terapeutik. Pengembangan, karena titik sentral tujuan dan bimbingan adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya adalah memberikan kemudahan perkembangan bagi individu melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara individual namun meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, seting, metode, lama waktu layanan)dalam rentang waktu yang cukup lama. Menurut Muro dan kottman “ teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial,dan konselin”.
e. Pendekatan Psikologi
Pendekatan yang berupaya dengan memasuki kondisi psikologi klien, baik itu kondisi psikologi individu ataupun social klien.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen pendidikan, yang secara terpadu dan bersinergi dengan dua komponen pendidikan lainnya, yaitu administrative dan pengajaran berupaya mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal. Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan dirinya dan mengatasi masalahnya, melalui hubungan face to face atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, social, moral-spiritual) sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif, dan mampu mencapai kehidupan yang bermakna (produktif dan kontributif) baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain (masyarakat). Penyelenggaraan bimbingan didasarkan kepada prinsip-prinsip dan asas-asas yang kokoh secara professional. Model bimbingan dapat diklasifikasikan berdasarkan periodesasi perkembangannya, yaitu periode awal, periode selanjutnya, dan periode kontemporer.










BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara umum fungsi bimbingan dan konseling ialah sebagai fasilitator, sarana yang memberikan kemudahan baik terhadap terbimbing maupun sekolah/ perguruan tinggi/ lembaga/ masyarakat yang bersangkutan. Secara umum program layanan bimbingan dan konseling mempunyai empat fungsi utama, yaitu: (1) Pemahaman individu, (2) Pencegahan dan pengembangan, (3) Penyesuaian diri, (4) Pemecahan masalah. Tetapi menurut Syuhada ada enam fungsi utama (khusus) diantaranya: (1) Penyesuaian diri (adjustive), (2) Penyaluran (distributive), (3) Penyesuaian Lembaga (adaptive), (4) Pengembangan (developmental), (5) Pencegahan (preventive) dan (6) Penyembuhan (curative), serta pemahaman. Dalam pendekatan bimbingan dan konseling menurut Yusuf dan Nurihsan terdapat lima pendekatan diantaranya adalah; (1) Pendekatan Krisis, (2) Pendekatan Remedial, (3) Pendekatan Preventif, (4) Pendekatan Perkembangan dan (5) Pendekatan Psikologi.
3.2. Saran
Sebaiknya mahasiswa dari jurusan pendidikan sejarah yang nantinya akan menjadi tenaga didik harus bias memahami fungsi dan pendekatan dalam bimbingan dan konseling, agar dapat memahami dan menggunakannya secara baik dan benar untuk membantu siswanya dalam memaksimalkan potensi yang siswa miliki.









DAFTAR PUSTAKA
Makmun, Abin Syamsudin. (2004). Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Nana Sukmadinata. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek, Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syuhada, Roosdi, A. (1988). Bimbingan dan Konseling dalam Mayarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar